google-site-verification:google853a3110870e4513.html Zakat sebagai Bentuk Persaudaraan Muslim - Hikmah

Translate

Zakat sebagai Bentuk Persaudaraan Muslim



Zakat adalah salah satu rukun yang ditujukan untuk masyarakat. Muslim mampu yang tidak mengeluarkan zakat, dengan alasan apapun tidak bisa diterima, karena dampaknya tidak hanya mengenai diri muzaki yang bersangkutan tetapi juga kalangan mustahik yang membutuhkan.

Secara personal, muzaki yang ingkar tidak mau membayar zakat, itu jadi utang yang akan dimintai pertanggungjawaban. Harta yang tak dizakati, jadi rusak karena bercampur dengan harta yang bukan haknya. Tak bayar zakat, ibarat seseorang makan durian dengan kulitnya. Rusaklah perutnya. Orang yang makan durian dengan kulitnya, tentu ada yang tak beres dengan jiwanya.

Maka muzaki yang ingkar, jiwanya pun ada yang tak beres. Semakin hari jiwapun tumbuh dengan tidak sehat, hatinya menjadi keras. Sulit untuk ditumbuhi sifat kasih sayang. Hatipun bertambah tamak dan rakus, hingga tak pernah puas berapapun dia telah memiliki harta. Bukankah itu tanda keberkahan telah hilang?

Di masyarakat, zakat yang tak terbayar menambah akut kemiskinan. Yang jadi persoalan, sedahsayat apapun dampaknya di masyarakat, tetap tak bisa dilihat dan dirasakan oleh orang-orang kaya. Dalam benak sebagian masyarakat, toh orang-orang miskin telah ada semenjak lama. Sejak mereka lahir dan bisa sukses menjadi kaya, orang-orang miskin kan memang sudah ada dan tetap saja ada.

Jadi kemiskinan ya urusan masing-masing. Engkau disana, saya disini. Engkau terlahir dalam keluarga miskin, saya lahir dalam keluarga berkecukupan. Engkau sulit untuk sekolah dan mencari pekerjaan, aku bahkan sekolah ke luar negeri hingga pekerjaan pun jadi mudah. Jika saya tak bayar zakat, itu urusan saya. Juga bukan salah saya engkau miskin. Kan dari dulu engkau terlahir dalam keluarga miskin.

Dengan cara berpikir seperti tu, sulit untuk dirasakan betapa pedih dan sulitnya orang miskin untuk keluar dari persoalannya. Banyak yang tidak paham bahwa korelasi zakat amat erat dengan penyakit sosial. Bisa jadi karena zakat itu tak ia keluarkan, seorang anak laji-laki yang jadi tetangga muzaki berubah jadi pembunuh karena kelaparan. Bisa jadi karena zakatnya tak keluar, seorang anak perempuan di depan rumah muzaki jadi pelacur karena juga kelaparan.

Dan boleh jadi pula karena muzaki selalu berhitung untung rugi mengeluarkan zakat, seorang ibu di belakang rumah akhirnya harus menjual anak bayinya karena tidak mampu memeliharanya. Lantas, bukankah telah terjadi beberapa kasus anak-anak SD bunuh diri karena orang tuanya tak mampu membayar SPP?

Karena dampak sosial yang ditimbulkan dari pelaksanaan atau pelalaian ibadah zakat begitu besar di masyarakat, maka seorang muzaki yang telah mampu menunaikan zakat, sudah sepatutnya ia mengeluarkannya, apapun kesulitannya.

Kemiskinan terus bertambah di Indonesia salah satunya sebabnya adalah karena yang tak mengeluarkan zakat lebih besar jumlahnya daripada yang menunaikan zakat. Lapangan kerja hilang, menambah daftar orang yang  menganggur. Pengangguran dapat menyebabkan kriminalitas. Orang-oarang kaya makin nafsi-nafsi.

Orang-orang miskin pun makin tidak disukai karena menggangu, baik di jalan, di pasar, di bus, dan di rumah. Sementara orang-orang miskin juga semakin dendam pada orang-orang kaya. Dengus kebencian seakan selalu mengintai tiap kesempatan.

Begitu tampak kesempatan itu, maka orang-orang miskin segera bergerak : jarah apa saja yang bisa dijadikan uang. Karena zakat tak terbayar, kehidupan masyarakat muslim jadi terhina. Secara fisik, orang-orang miskin jadi bau, kotor, dan penyakitan. Secara mental kejiwaan, psikologis orang miskin juga tumbuh dengan tidak sehat. Mudah tersinggung, radikal dan cepat sekali terbakar untuk melakukan tindakan yang destruktif.

Karena zakat tak terbayar, kehidupan umat islam tercerai berai. Silaturahim sebatas salam. Tanpa disadari telah muncul bibit permusuhan antara si kaya dan si miskin sesame muslim. Dalam kondisi begini mudah mengadu domba umat Islam. Tanpa diadu saja, mereka sudah pasti ribut karena bibit permusuhan telah menyemai.

Rasulullah S.A.W berpesan :
Kemiskinan, kebodohan dan penyakit merupakan musuh Islam. Ketiganya dapat merusak silaturahim, merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, menjatuhkan dan menghancurkan kemuliaan dan kejayaan bangsa (Hadist)
Share on Google Plus

About zero

“Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain kepadamu. Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian jujurlah kepada iman-mu(istiqamah)." Hadist Riwayat Muslim