google-site-verification:google853a3110870e4513.html Menghidupkan Perasaan Ketuhanan pada Masyarakat Global (Part 1) - Hikmah

Translate

Menghidupkan Perasaan Ketuhanan pada Masyarakat Global (Part 1)




Pengantar

Kalau kita perhatikan degan seksama hampir semua kegiatan masnusia semata-mata untuk memenuhi kebutuhan persaaannya.

Mereka bekerja mencari makan untuk mengobati  sakit lapar. memilih jenis makanan untuk merasakan kenikmatannya. mendirikan rumah untuk menjaga dari rasa dingin dan tidak menderita terluta-lunta dijalan. menjalin keluarga, mendengarkan lagu, menikmati alam, menjadi juara dan menjalin hubungan baik dengan lingkungan, dan lain sebagainya.

Masyarakat global adalah masyarakat yang menawarkan perasaan kebebasan moral dan ekonomi, kebebasan berpakaian, memperoleh pendidikan, bekerja dan seksual. dalam ekonomi, semua orang diberi hak menggali sumber-sumber ekonomi, memiliki harta kekayaan sebesar-besarnya dan mempergunakannya. 

Bahkan diberi berbagai penghargaan seperti ratu kencantikan, pemilihan artis dan aktor, serta pemulihan orang terkaya ting kat dunia atau benua. masyarakat global memberikan saluran seluas-luasnya untuk melampiskan persaaan manusia. pada kondisi ini agama yang hanya menjual keyakinan, kewajiban, larangan serta tidak mampu menjadikan kegiatannya sebagai kenikmatan pasti akan tergilas. Masyarakat akan menjahuinya, kalaupun terpaksa beragama untuk tuntutan budaya atau hanya sebagai formalitas.

Kegiatan ibadah dilakukan kalau ada kesempatan. dan mereka biasa melakukan kemaksiatan, korupsi berzina, sex bebas bahkan merendahkan ajaran Allah sendiri. jika agama islam ingin bertahan di masyarakat global, seharusnya umat islam dalam melaksanakan kegiatan agama tidak hanya berdasarkan pada wawasan dan rasionalitas melainkan mampu  merasakan spesifiknya merasakan nikmat kebesaran Allah. dengan demikian, umat islam bisa bersaing dengan masyarakat global dalam menjual produk-produk kenikmatan hidup.

Merasakan Kenikmatan beragama.

Menurut penulis ada empat kegiatan beragamaan yang dapat mimbulkan ketentraman jiwa dan kenikmatan hidup, tanpa harus meninggalkan kegiatan ekonomi dan kebebasan yang mendasarkan pada moralitas. 

Pertama, merasakan kebesaran Allah baik melewati ciptaanya berupa alam semesta. 
Kedua, merasakan ajaran hidup yan diberikan kepada manusia. 
Ketiga, merasakan karunia yang diberiakn kepada umat manusia. 
Keempat, merasakan kehidupan alam akhirat.

Merasakan kebesaran Allah.

Merasakan adalah kegiatan yang bersifat pengalaman. ia tidak bisa tumbuh dengan wawasan atau kerja pikiran. orang yang tidak pernah merasakan manisnya gula, tidak akan  mampu memahami manisnya gula apalagi dipikirkan. tumbuhnya perasaan justru ketika tidak ada kerja fisik dan kerja pikiran. syaraf perasa dan indrawi fokus pada subjek yang dirasakan, seperti orang yang menonton film di gedung bioskop.

Kepercayaan kepada Allah sebagai dasar kegiatan agama tidak hanya digali lewat hukum rasional atau pengetahuan ilmiah, melainkan harus mamp dirasakan oleh pengalaman. diantaranya dengan memperhatikan ciptaanNya, alam semesta, proses terciptanya seorang manusia, hewan dan tumbuhan yang beragam jenis dan karakteristiknya yang berbeda-beda. objek yang dirasakan berkaitan dengan tingkat keluasannya, tingkat kompleksitasnya, keindahan bentuknya, serta struktur dan prosesnya. lalu munculnya sifat-sifat dasarnya.



Metode yang digunakan bisa beragam seperti melihat film, membaca buku, berkelana, melakukan perenungan atau meditasi yang berhubungan dengan pengungkapan kebesaran Allah. dengan jalan tersebut. Insya Allah akan timbul perasaan takjub, kagum, hormat dan sikap patuh kepadaNya. 

Menyaksikan keindahan, keluasan, dan kompleksitas ciptaanNYa akan memunculkan ungkapan "Maha Besar Engkau ya Allah, Tuhan Semesta Alam, tiada Ilah melainkan Allah". disini akan lahir ikatan emosional antara hati manusia dengan Tuhannya yang dapat menimbulkan perasaan bahagia secara batin. 

"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, ingat lah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram." (QS. Ar-Rad: 28), 

Sesungguhnya orang -orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetar hatinya, apabila dibacakan ayat-ayatNya kepada mereka bertambah kuat imannya, hanya kepada Tuhan mereka bertawakal". (QS An-Anfal: 2).

Share on Google Plus

About zero

“Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain kepadamu. Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian jujurlah kepada iman-mu(istiqamah)." Hadist Riwayat Muslim