google-site-verification:google853a3110870e4513.html RUMUS UNTUK MENILAI AJARAN ISLAM - Hikmah

Translate

RUMUS UNTUK MENILAI AJARAN ISLAM

Untuk mengetahui suatu ajaran bersumber dari islam atau bukan kami menggunakan rumus atau paradigma sebagai landasan analisa yang bersifat ilmiah .untuk menepatkan sebuah ajaran bersumber dari islam atau selainnya.

Paradigma penilaian terhadap sebuah ajaran untuk mengetahui moral atau teologi bersumber dari Islam atau bukan, dapat diketahui kesesuaiannya dengan Al-Quran dan As-Sunnah dalam hal ini ialah:
 
- Sesuai dengan berita Ketuhanan.
- Sesuai dengan nilai-nilai Islam.
- Sesuai dengan sistem penerapan yang diajarkan Allah SWT.
- Memiliki kesamaan prinsip dengan prilaku keagamaan yang dijalankan oleh Rasulullah dan Utusan Allah yang terdapat dalam Al-Quran.
- Produk sosial yang diciptakan sesuai dengan standarisasi produk yang diharapkan Allah SWT.

Rumusan tersebut kami bangun berdasarkan asumsi bahwa dalam agama islam terdapat informasi tentang keadaan Tuhan, baik mengenai kekuasaan, kedudukan, sifat-sifatnya, orientasi penciptaan manusia dan alam serta hubungan antara keduannya. ajaran islam tidak boleh bertentangan dengan informasi di atas.

Demikian juga halnya nilai-nilai yang sudah ditetapkan dalam islam banyak disebutkan nilai-nilai baik dan buruk dengan dasar berfikirnya kenapa suatu perbuatan dikatakan baik atau buruk, Suatu ajaran yang bertentangan dengan nilai tersebut dapat dipastikan bukan bersumber dari ajaran islam.

Seperti misalnya perbuatan berzina adalah perilaku yang negatif sedangkan menikah adalah perilaku yang positif, dsb. juga dalam tata cara melaksanakan tindakan untuk mendapatkan nilai tersebut. Allah telah banyak memberikan informasi baik prinsip dasarnya bahkan teknisnya, seperti pada ajaran sholat.
 
Penerapan keagamaan secara umum juga disampaikan lewat ajaran para nabi-nabi terdahulu, agar supaya kaumnya Nabi Muhammad dapat mengambil pelajaran, sebagaimana seharusnya beragama.
Perilaku keagamaan yang tidak sesuai dengan perilaku keagamaan para nabi dan rasul terdahulu dapat dipastikan kesalahannya, wahyu yang diturunkan Allah dalam rangka untuk mengubah dari masyarakat jahilliyah menjadi masyarakat Thoyyibah.

Bentuk masyarakat thoyyibah secara perinsip telah disampaikan oleh Allah dengan menampilkan suatu masyarakat yang dipimpin oleh para Nabi, seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Muhammad. ataupun seperti masyarakat yang berusaha dibentuk oleh para Khulafaurrosidin.

Dimana seluruh aspek-aspek kehidupan sosial dapat tumbuh dan berkembang dengan baik seperti ekonomi, politik, perpajakan, pendidikan eksakta maupun sosial militer. masyarakat seperti ini mampu menghadapi tantangan internal maupun eksternal berupa penjajahan.

Suatu ajaran yang bernafaskan Islami harus mampu menciptakan masyarakat seperti diatas, meskipun berupa potensi, tanpa adanya hasil atau potensi tersebut bisa dikatakan ajaran tersebut bukanlah ajaran Islami.

Tiap-tiap ajaran keagamaan senantiasa memilik aqidah atau keyakinan-keyakinan yang menjadi landasan perilaku, baik menyangkut aspek ketuhanan maupun sosial. untuk menilai suatu ajaran yang paling essensial dalam mewakili ialah menguji kebenaran keyakinannya, jika keyakinannya salah maka seluruh perilaku yang dilakukan oleh agama tersebut pasti salah.

Misalkan suatu ajaran agama yang mempercayai Tuhan yang menciptakan semesta raya ini berjumlah jamak atau banyak namun ternyata Tuhan itu tunggal atau satu maka bentuk peribadatan dan ajaran sosialnya merupakan kesalahan karena ia berpijak pada landasan yang salah, Dalam islam kedudukan tersebut ditempatkan sebagai kemusyrikan. 

Jika keyakinan benar kita perlu meneliti dan menguji penerapan, juga tidak dapat dibenarkan. seandainya perilaku peribadatan yang dilakukan oleh penyembah berhala, mereka memiliki kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan yang menjadikan semesta alam raya ini. 

mereka menyembah berhala hanya sebagai perantara untuk mempermudahkan dalam pendekatannya pada Tuhan, tindakan ini juga dikatakan keliru karena Tuhan tidak mengajarkan sistem pemujaan seperti yang dilakukan mereka. meskipun itu ditujukan kepada Allah.

Begitu juga seperti yang dilakukan aliran kepercayaan (animisme dan dinamisme) dalam melakukan pemujaan terhadap Allah, hanya berdasarkan pada ingatan atau mengingat saja. dasar pemikiran inilah yang kami jadikan untuk menguji ajaran-ajaran pada Islam seperti ajaran tasawuf apakah bersumber dari Islam atau diluar Islam. sedangkan output produk yang dihasilkan hanya sekedar memberikan ketegasan.
Objek yang dinilai dan kevalidan

adapun objek yang dinilai ialah :

- Aqidahnya, yang dimaksud aqidah ialah tujuan mereka dalam melaksanakan agama dan dasar pemikirannya.
- Sistem yang digunakan untuk mencapai tujuan beserta dasar pemikirannya.
- Hasil produk yang diciptakan baik pada individu maupun sosial.

Menilai tujuan, sistem untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperoleh dalam perilaku organisasi keagamaan, cukup mewakili, karena hampir semua perilaku keagamaan berangkat dari sistem tersebut.

jika 3 jalan tersebut benar, maka aliran ajaran agama tersebut benar, namun sebaliknya jika keliru dari salah satunya khusunya pada orientasi atau tujuan keliru, maka akan berjalan linier aliran ajaran agama tersebut keliru.

Dalam penilaian ini, sebenarnya kami memfokuskan pada tujuan/orientasinya dan dasar berpikirnya. jika hal itu salah, tidak perlu untuk membreakdown pembahasan sistem dan produknya.

Share on Google Plus

About Unknown

“Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain kepadamu. Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian jujurlah kepada iman-mu(istiqamah)." Hadist Riwayat Muslim