Untuk mengetahui suatu ajaran bersumber dari islam atau bukan kami
menggunakan rumus atau paradigma sebagai landasan analisa yang bersifat ilmiah
.untuk menepatkan sebuah ajaran bersumber dari islam atau selainnya.
Paradigma penilaian terhadap sebuah ajaran untuk mengetahui moral atau teologi bersumber dari Islam atau
bukan, dapat diketahui kesesuaiannya dengan Al-Quran dan As-Sunnah dalam hal
ini ialah:
- Sesuai dengan berita Ketuhanan.
- Sesuai dengan nilai-nilai Islam.
- Sesuai dengan sistem penerapan yang diajarkan Allah SWT.
- Memiliki kesamaan prinsip dengan prilaku keagamaan yang dijalankan
oleh Rasulullah dan Utusan Allah yang terdapat dalam Al-Quran.
- Produk sosial yang diciptakan sesuai dengan standarisasi produk yang
diharapkan Allah SWT.
Rumusan tersebut kami bangun berdasarkan asumsi bahwa dalam agama islam
terdapat informasi tentang keadaan Tuhan, baik mengenai kekuasaan, kedudukan,
sifat-sifatnya, orientasi penciptaan manusia dan alam serta hubungan antara
keduannya. ajaran islam tidak boleh bertentangan dengan informasi di atas.
Demikian juga halnya nilai-nilai yang sudah ditetapkan dalam islam
banyak disebutkan nilai-nilai baik dan buruk dengan dasar berfikirnya kenapa
suatu perbuatan dikatakan baik atau buruk, Suatu ajaran yang bertentangan dengan nilai tersebut dapat dipastikan
bukan bersumber dari ajaran islam.
Seperti misalnya perbuatan berzina adalah
perilaku yang negatif sedangkan menikah adalah perilaku yang positif, dsb. juga
dalam tata cara melaksanakan tindakan untuk mendapatkan nilai tersebut. Allah
telah banyak memberikan informasi baik prinsip dasarnya bahkan teknisnya,
seperti pada ajaran sholat.
Penerapan keagamaan secara umum juga disampaikan lewat ajaran para
nabi-nabi terdahulu, agar supaya kaumnya Nabi Muhammad dapat mengambil
pelajaran, sebagaimana seharusnya beragama.
Perilaku keagamaan yang tidak sesuai dengan perilaku keagamaan para nabi
dan rasul terdahulu dapat dipastikan kesalahannya, wahyu yang diturunkan
Allah dalam rangka untuk mengubah dari masyarakat jahilliyah menjadi masyarakat Thoyyibah.
Bentuk masyarakat thoyyibah secara perinsip telah disampaikan oleh Allah
dengan menampilkan suatu masyarakat yang dipimpin oleh para Nabi, seperti Nabi
Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Muhammad. ataupun seperti masyarakat yang berusaha
dibentuk oleh para Khulafaurrosidin.
Dimana seluruh aspek-aspek kehidupan sosial dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik seperti ekonomi, politik, perpajakan, pendidikan eksakta maupun sosial
militer. masyarakat seperti ini mampu menghadapi tantangan internal maupun
eksternal berupa penjajahan.
Suatu ajaran yang bernafaskan Islami harus mampu menciptakan masyarakat
seperti diatas, meskipun berupa potensi, tanpa adanya hasil atau potensi
tersebut bisa dikatakan ajaran tersebut bukanlah ajaran Islami.
Tiap-tiap ajaran keagamaan senantiasa memilik aqidah atau
keyakinan-keyakinan yang menjadi landasan perilaku, baik menyangkut aspek
ketuhanan maupun sosial. untuk menilai suatu ajaran yang paling essensial dalam
mewakili ialah menguji kebenaran keyakinannya, jika keyakinannya salah maka
seluruh perilaku yang dilakukan oleh agama tersebut pasti salah.
Misalkan suatu ajaran agama yang mempercayai Tuhan yang menciptakan
semesta raya ini berjumlah jamak atau banyak namun ternyata Tuhan itu tunggal
atau satu maka bentuk peribadatan dan ajaran sosialnya merupakan kesalahan
karena ia berpijak pada landasan yang salah, Dalam islam kedudukan tersebut ditempatkan sebagai kemusyrikan.
Jika
keyakinan benar kita perlu meneliti dan menguji penerapan, juga tidak dapat
dibenarkan. seandainya perilaku peribadatan yang dilakukan oleh penyembah
berhala, mereka memiliki kepercayaan bahwa Tuhan itu ada dan yang menjadikan
semesta alam raya ini.
mereka menyembah berhala hanya sebagai perantara untuk
mempermudahkan dalam pendekatannya pada Tuhan, tindakan ini juga dikatakan keliru karena Tuhan tidak mengajarkan sistem
pemujaan seperti yang dilakukan mereka. meskipun itu ditujukan kepada Allah.
Begitu juga seperti yang dilakukan aliran kepercayaan (animisme dan
dinamisme) dalam melakukan pemujaan terhadap Allah, hanya berdasarkan pada ingatan
atau mengingat saja. dasar pemikiran inilah yang kami jadikan untuk menguji
ajaran-ajaran pada Islam seperti ajaran tasawuf apakah bersumber dari Islam
atau diluar Islam. sedangkan output produk yang dihasilkan hanya sekedar
memberikan ketegasan.
Objek yang dinilai dan kevalidan
adapun objek yang dinilai ialah :
- Aqidahnya, yang dimaksud aqidah ialah tujuan mereka dalam melaksanakan
agama dan dasar pemikirannya.
- Sistem yang digunakan untuk mencapai tujuan beserta dasar
pemikirannya.
- Hasil produk yang diciptakan baik pada individu maupun sosial.
Menilai tujuan, sistem untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperoleh
dalam perilaku organisasi keagamaan, cukup mewakili, karena hampir semua
perilaku keagamaan berangkat dari sistem tersebut.
jika 3 jalan tersebut benar, maka aliran ajaran agama tersebut benar,
namun sebaliknya jika keliru dari salah satunya khusunya pada orientasi atau
tujuan keliru, maka akan berjalan linier aliran ajaran agama tersebut keliru.
Dalam penilaian ini, sebenarnya kami memfokuskan pada
tujuan/orientasinya dan dasar berpikirnya. jika hal itu salah, tidak perlu
untuk membreakdown pembahasan sistem dan produknya.