google-site-verification:google853a3110870e4513.html Kedudukan Ilmu Pengetahuan Menurut Al-Quran - Hikmah

Translate

Kedudukan Ilmu Pengetahuan Menurut Al-Quran

Untuk mengetahui bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan dalam ajaran Islam dapat dilihat pada dalil-dalil di dalam Al-Quran, seperti terlulis pada surat al-Alaq 1-5.
Yang artinya sebagai berikut:
 
1.  Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menjadikan.
2. Menjadikan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah.
4. Yang mengajar dengan (perantara) pena.
5. Dia mengajar manusia yang tidak diketahui.

Surat Al-Alaq ayat 1-5 ini merupakan ayat-ayat yang pertama kali diberikan kepada Nabi Muhammad, dimana didalamnya berisi intuksi untuk iqra’ atau membaca. Arti membaca menurut umum ialah seorang yang mendapatkan berita atau tulisan, sedangkan hakikat atau tujuan membaca ialah usaha untuk mendapatkan pengertahuan. 

Jadi perintah Allah yang pertama kali turun ialah belajar, usaha untuk mendapatkan ilmu. Sebagaimana telah diketahui bahwa Nabi Muhammad seorang buta huruf yang tidak dapat membaca, mungkinkah Allah memerintahkan hamba-Nya sesuatu hal yang secara alami tidak dapat dilaksanakan ?

Tentunya hal ini tidak mungkin. Oleh karena itu pengertian membaca tidak hanya seperti pada penafsiran diatas, melainkan dapat ditafsirkan dengan mengamati, menghayati dan memperhatikan terhadap nama-nama atau sifat-sifat Allah yang dapat diketahui dengan mengamati realitas alam.

Secara sepintas dapat diketahui bahwa fungsi ilmu pengetahuan disini sebagai landasan suatu landasan bagi Nabi Muhammad SAW dalam rangka mengemban misi besar. Pada ayat ke-3 dan ayat Ke-4, Allah SWT kembali menekankan perintah membaca dan menunjuk pena sebagai alat untuk menyimpan hasil pengamatan alam.

Penulisan ilmu pengetahuan dengan pena merupakan sarana yang mutlak untuk menunjang pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Apabila Allah tidak memberikan pena untuk menyimpan ilmu pengetahuan niscaya ilmu pengetahuan akan menjadi beku, karena kemampuan otak manusia dapat menyimpan ilmu pengetahuan tidak lebih dari 40 hari.

Pada surat At-Tahaa ayat 114, sekali lagi Allah memperintahkan kepada Rasulullah Muhammad untuk senantiasa belajar agar mendapat ilmu, degan ungkapan implisit: “Ya Allah, tambahkanlah padaku ilmu Pengetahuan.” 

Pada surat Az-Zumar ayat 9, Allah sangat membedakan antara orang-orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan. Perbedaan ini sebenarnya sangat mudah untuk diketahui dengan menyaksikan kedudukan dan posisi mereka pada misalkan kehidupan politik, pendidikan dan kehidupan-kehidupan sosial yang ada. Semakin jauh perbedaan mereka dalam keilmuan, semakin jauh kedudukan dan posisi mereka.

Rasulullah SAW sengat membedakan kedudukan mereka secara tajam :
Abu Umamah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda, Kelebihan seorang alim daripada seorang ahli ibadah, bagaikan kelebihanku terhadap orang yang terendah diantara kamu. (HR  al-Tirmidzi, dikutip dari Riadhus Sholihin  Jilid II hlm 318).

Abu Darda’ ra berkata: saya mendengar Nabi Muhammad bersabda: ...kelebihan orang alim atas orang ahli ibadah, bagaikan kelebihan sinar bulan atas bintang-bintang. Dan sesungguhnya ulama sebagai waris dai nabi-nabi. Sesungguhnya nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, hanya mereka mewariskan ilmu agama, maka siapa yang mendapatkannya telah mengambil bagian yang besar. (HR Abu Dawud dan al-Thirmidzi, dikutip dari Riadhus Sholihin, Jilid II hlm 319).

Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah bersabda, Tiada cara ibadah yang lebih utama disisi Allah daripada mempelajari agama sampai benar-benar dapat membedakan halal dan haram dan seorang mengerti halal dan haram bagi setan lebih dari seribu ahli ibadah yang bodoh dan tiap-tiap sesuatu ada sendinya dan setiap sendi Agama ialah ilmu fiqh. (dikutip dari Tanbibul Ghafilin, Jilid II, hlm 654).

by Ustadz Iskandar Al-Warisy
Share on Google Plus

About Unknown

“Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain kepadamu. Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian jujurlah kepada iman-mu(istiqamah)." Hadist Riwayat Muslim