Menghayati kehidupan akhirat seperti alam
kematian, hari perhitungan (yaumul hisab).
Surga dan neraka, bisa juga dengan
berbagai jalan seperti berimajinasi dengan lingkungan yang mendukung. Misalnya
menggambarkan saat memasuki alam akherat mulai dari kematian, tidak ada
keluarga dan kawan yang mendampingi, tidak ada cahaya dan berjalan tanpa
kepastian, memasuki masa pertanggungjawaban terhadap dosa-dosa yang pernah kita
lakukan.
Kemudia melihat dan merasakan siksa neraka, dan ribuan semut kelabang
berebut memakan tubuh sedikit demi sedikit. Kemudian menggambarkan tanah
sebagai pijakan dari logam panas, ketika haus di berikan minumah timah yang
panas yang dapat merusak organ tubuh, lalu dihidupkan lagi dan menerima siksa
itu kembali berlangsung sepanjang masa.
Disana tidak ada lagi kematian. Dan
sebaliknya bagi orang-orang yang mengikuti jalanNya mereka merasakan kebahagian
surga berupa bidadari bagi laki-laki dan laki-laki yang tampan berwibawa bagi
kaum wanita.
Berbagai kenikmatan fisik, estetika dan moralitas tersedia disana
tidak ada sakit, jenuh, lelah dan juga kematian. Orang-orang yang berhasil
merasakan alam akhirat hatinya akan tunduk dan benar-benar merasakan substansi
nikmat kebahagiaan dunia akhirat, jiwanya akan tenang dan tegar, tidak ada rasa
takut dalam menjalankan perintah Tuhan agar terhindar dari siksa yang besar
serta mendapatkan kebahagiaan akhirat.
Menjaga Perasaan Ketuhanan
Insya Allah dengan merasakan kebesaran,
karunia dan ajaraanNya, umat islam benar-benar merasakan kenikmatan baik berupa
ketentraman jiwa, cinta kasih dan material dalam melaksanakan ajaran agama.
Sangat sulit kebebasan moral dan ekonomi mampu mempengaruhinya.
Namun demikian
perasaan ketuhanan itu harus terus-menerus dipelihara karena sifat dari sebuah
perasaan mudah hilang, mudah jenuh, dan terus-menerus menuntut pembaruan. Oleh
karena itu Allah sering mengingatkan supaya manusia banyak mengingat Allah, diantaranya:
“Apabila sholat telah terlaksanakan, maka bertebarlah kamu dimuka bumi carilah
karunia Allah dean ingatlah Allah sebanyak-banyaknya, agar kamu beruntung.” (QS
Al Jumu’ah: 10).
Organisasi Nadhatul Ulama menjadikan
kalimat Laa Ilaha Ilallah diucapkan baik lisan dalam hati sebanyak-banyaknya
setelah sholat, sedangkan kalangan tasawuf mengucapkannya sepanjang hari.
Kalangan Muhammadiyah banyak mengucapkan doa-doa dalam setiap kegiatannya mulai
dari bangun tidur keluar rumah, makan dan sebagainya sebagai jalan untuk
mengingat Allah sebanyak-banyaknya.
Tetapi lebih penting jika itu semua
dirasakan dengan Ilmu Pengetahuan tentang hal-hal yang diatas karena sifat
pengetahuan senantiasa berkembang menjadikan perasaan ketuhanan terjaga terus
segar dan baru, setiap minggu atau setiap bulan idealnya ada aktifitas yang
dapat menghidupkan perasaan itu....