Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan tuhanmulah yang paling pemurah.
Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Terjemahan Depag, QS 96: 1-5)
Istilah
iqro’ (…) berasal dari kata Qoroa (…) yang artinya membaca (…) yang
artinya membaca dengan teratur. Iqro’ adalah perintah untuk membaca,
istilah Iqro’ berbeda makna dengan kata Qul (…) yang artinya
katakanalah. Kata Iqro’ lebih menitikberatkan kearah tulisan, maksudnya
ada tulisan yang akan dikatakan, kalau kata Qul lebih menitik-beratkan
kepala ucapan saja, objek tulisannya tidak ada, seperti pada
kalimat:”Katakanlah Allah itu Esa”(QS 112:1)
Ucapan
Dia yang Esa tidak bersandar pada bacaan, tapi hanya melakukan ucapan.
Dari dasar pemikiran ini, maka pengertian bacalah pada ayat diatas,
bukan membaca “Bismirobbika alladzi kholaq” (Dengan nama Tuhanmu yang
menjadikan), seperti pada penggunaan Qul.
Tetapi pengertian perintah membaca pada ayat tersebut adalah membaca lingkungan disekitarnya, bias berkaitan dengan masalah budaya, ritual, adat, teknologi,etika atau ekonomi, ringkasnya masalah alam dan manusia.
Tetapi pengertian perintah membaca pada ayat tersebut adalah membaca lingkungan disekitarnya, bias berkaitan dengan masalah budaya, ritual, adat, teknologi,etika atau ekonomi, ringkasnya masalah alam dan manusia.
Ditinjau
dari kenyataanya, Muhammad SAW adalah insan yang tidak dapat membaca
tulisan. Munkinkah Allah memerintahkan kepada orang yang tidak dapat
membaca tulisan, untuk membaca? Tentunya hal itu sangat tidak mungkin,
dengan demikian pengertian membaca pada ayat tersebut bersifat kias,
maksudnya adalah membaca ataau meneliti lingkungan.
Jadi penafsiran ayat pertama adalh bacalah : (lingkungan disekitarmu) dari (hasil pembacaan penelitian tersebut) niscaya akan mengetahui sifat-sifat (Kebesaran) penguasamu, yang telah menjadikan apa yang telah engkau baca.
Jadi penafsiran ayat pertama adalh bacalah : (lingkungan disekitarmu) dari (hasil pembacaan penelitian tersebut) niscaya akan mengetahui sifat-sifat (Kebesaran) penguasamu, yang telah menjadikan apa yang telah engkau baca.
Kesimpulanya : dengan membaca lingkungan secara benar akan mengetahui sifat-sifat kebesaran Allah.
Pada ayat kedua, Allah menegaskan bahwa Dialah yang menjadikan manusia dari segumpal darah. Dengan dasar pengetahuan manusia , akan mengetahui fakta yang ada, kesan-kesan yang ditangkap oleh nabi Muhammad dikatakan pengetahuan biasa, artinya pengetahuan tersebut masih belum teruji kebenarannya.
Apabila belum memakai metode yang sesuai dengan faktanya dan dilakukan secara sistematis dan mampu memberikan pertanggungjawab tentang hasil pembacanya/penelitaian, maka hasilnya dikatakan ilmu pengetahuan atau teori. Jika nabi Muhammad memperdalam bacaanya, dengan cara mencari hubungan asal usul adanya, proses kerjanya dan perkembangan filsafat.
Apabila
yang dibacanya hanya sebagian saja misalnya hanya menyangkut alamnya
saja, maka hasil membacanay dikatakan ilmu pengetahuan alam, dan jika
dibaca manusia pada sisi jiwanya maka hsail bacanya dikatakan ilmu jiwa
(psikologi) dan seterusnya.
Berdasarkan
surah al alaq 1-2 dengan pengetahuan tersebut akan dapat mengtahui
kebesaran ayat Allah dan akan mengetaui bahwa manusia itu ada yang
memnciptakan dari segumpal darah.
Pelajaran
yang dapat di petik dari peristiwa diatas adlah kita dapat mengambil
beberapa pelajaran yang bermanfaat memecahakan persoalan social,
khususnya dalam memahami Allah dan ayat-ayatnya yang tertulis dalam teks
alquran.