Pesan
Rasulullah SAW :
“Raihlah
lima perkara sebelum datangnya lima perkara :
1.
Waktu muda sebelum datangnya waktu tua,
2.
Waktu sehat sebelum datangnya waktu sakit,
3. Masa
kaya sebelum masa kefakiran,
4. Masa
luang sebelum masa sibuk,
5.
Hidup sebelum datang mati.“
Khususnya
kesehatan dan kelapangan adalah hal yang didambakan oleh setiap
orang, sedangkan sakit dan kesempitan adalah dua hal yang tidak
diinginkan oleh kebanyakan orang. Kesehatan harus di pelihara dan
dijaga, maka kita diwajibkan untuk segera berobat dan menyerahkan
pertolongan kepada ahlinya.
Banyak
orang ketika ditimpa penyakit menjadi putus asa, berkata kotor dan
berprasangka buruk kepada Allah SWT. Jangankan berdoa dan tawakkal
kepada Allah, justru mereka meratap, berteriak-teriak dengan
memanggil dokter, perawat, bapak, ibu, suami, istri atau siapapun
yang ada disekitarnya.
Dan
banyak kasus orang ketika sakit lalai menjalankan ibadah meskipun ia
tak pernah lalai ibadah pada saat mereka dalam keadaan sehat. Hal
tersebut mungkin saja disebabkan karena belum tahu tatacara ibadah
bagi orang sakit.
Seandainya
kita mampu bersikap yang benar sesuai dengan tuntunan agama, boleh
jadi sakit tidak lagi menjadi musibah / cobaan, tetapi menjadi nikmat
dan keberkahan karena banyak pahala dan keutamaan yang kita peroleh
ketika sakit.
Bagi
orang yang beriman semua keadaan harus menjadi ladang dan sarana
untuk mendapatkan pahala dan ganjaran yang melimpah dari Allah SWT,
termasuk dalam keadaan sakit.
Hakekat
Sakit
Setiap
orang pasti menghadapi ujian dan cobaan kehidupan termasuk sakit,
sebagai bukti orang beriman dan orang yang terbaik.
Firman
Allah, yang artinya :
“Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami
telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji lagi? (QS AL-Ankabut:
2).
“Dia
yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun, (QS Al-Mulk: 2).
karena
sakit merupakan ujian dan cobaan dari Allah agar hambanya yang
terbaik, hamba yang kembali kepada kebenaran dan sebagai bentuk
kecintaan Allah kepada hambanya, maka seharusnya sakit dihadapi
dengan penuh kesabaran, tabah dan lapang dada. Ketika diuji dengan
sakit seharusnya kita semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT,
berprasangka baik kepada Allah dan memperbanyak berdoa memohon
kesembuhan kepada Allah.
Hikmah
dan Keberkahan bagi orang sakit
Sakit merupakan sarana muhasabah (intropeksi diri) sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Araf: 168) yang artinya.
Sakit merupakan sarana muhasabah (intropeksi diri) sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Araf: 168) yang artinya.
“ Dan
Kami coba mereka dengan (nikmat) yang sebaik-baiknya dan (bencana)
yang seburuk-buruknya, agar mereka kembali (kepada kebenaran). ”
Sesungguhnya
apabila seseorang menderita sakit, ia akan kembali ke Tuhannya,
kembali kepada petunjukNya dan memulai untuk melakukan introspeksi
terhadap dirinya sendiri atas segala kekurangan dalam ketaatan dan
menyesali tenggelamnya dia dalam nafsu syahwat dan perbuatan tercela.
Dan
Rasulullah SAW bersabda dalam HR. al-Bukhari no 6412 yang artinya.
“Dua nikmat yang membuat manusia banyak terpedaya olehnya adalah
nikmat sehat dan waktu luang.”
Terkadang
seseorang terlena dengan kesehatan dalam waktu yang panjang, sehingga
ia melupakan bertafakkur tentang kebesaran nikmat ini serta lalai
dari bersyukur kepada Allah SWT. Maka dengan sakit diharapkan ia
mengenal kadar yang besar tentang pentingnya nikmat kesehatan
sehingga ketika ia sakit membuatnya tidak bisa memperoleh kepentingan
agama dan dunia.
Kewajiban
Orang Sakit
Agar
diberi kesembuhan oelh Allah SWT dan mendapatkan keberkahan yang
tinggi, maka bagi orang yang sakit diwajibkan :
1.
Berdoa memohon kesembuhan seperti dalam QS As-Syuara: 80, yang
artinya. “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,…
2.
Berobat kepada ahlinya dan bukan ke paranormal dalam HR. Abu Dawud,
Rasul berkata “Barangsiapa mendatangi dukun dan membenarkan
ucapannya, maka sesungguhnya ia telah mengingkari kepada wahyu yang
telah diturunka kepada Muhammad.”
3.
Lapang dada, tawakkal, sabar dan husnudhon.
4. Menggali dan memaknai kembali Al-Quran sebagai firman Allah.
5. Memperbanyak mengingat keangungan Allah dengan dzikir dan istighfar.