google-site-verification:google853a3110870e4513.html Dampak Moral Perilaku Menghalalkan Segala Cara - Hikmah

Translate

Dampak Moral Perilaku Menghalalkan Segala Cara

Perayaan Tahun baru masehi barusan kita lewati, dengan berbagai evaluasi dalam segala bidang kehidupan kita. baik kesuksesan maupun kegagalan sudah pernah kita rasakan. Tahun baru ini tentunya menjadi tahun perbaikan untuk evaluasi-evaluasi sebelumnya.

Akan ada impian baru yang dikejar, akan ada gerak baru yang akan dilaksanakan, dan tentunya ada optimisme baru yang lebih baik. namun terkadang demi mencapai impian yang dicanangkan, yang dalam pandangan kita melewati batas-batas etika.

Dengan dalih demi membangun masyarakat yang madani, nalar logis pun dikorbankan dan menggantinya dengan prinsip "Tujuan harus tercapai, bagaimanapun caranya." prinsip ini tak berbeda jauh dengan prinsip Niccolò di Bernardo dei Machiavelli dalam bukunya Il Principe, sang penggagas prinsip perilaku segala cara yang saat ini menjadi kiblat para politisi dalam mencapai kekuasaan, bahkan apapun bisa dilakukan untuk mencapai tujuan.

Dulu memang prinsip tersebut banyak digunakan dalam konteks mendapatkan kekuasaan, namun saat ini prinsip tersebut bisa masuk dalam segala lini kehidupan masyarakat. ini terkadang kita lakukan baik dengan sadar atau bahkan yang lebih parah kita tidak sadar jika menjadi seorang Machiavellian.


MUNCULNYA MORAL SEGALA CARA

Moral terbentuk karena adanya perilaku yang berulang, baik disadari maupun tidak disadari. perilaku tersebut lalu mendapat pembenaran baik dari internal maupun dari eksternal diri yang menambah kuatnya pembentukan moral. 

Berbicara moral segala cara tidak dapat dilepaskan dari prinsip Niccolo Machiavelli (1469-1527M). filsuf dari italia ini menjadi inspirator para politisi dalam mencapai kekuasaan, dengan cara-cara yang kadang tidak bisa di terima dengan akal sehat. 

Prinsip segala cara ini, yang menjadi dasar dalam berperilaku telah berkembang sejak di gagas oleh Machiavelli dan bertahan hingga sekarang sehingga tidak heran jika perilaku segala cara selalu dikaitkan dengan Machiavelli. berbagai masa pemerintahan di indonesia ini pun menurut pandangan beberapa pengamat telah menerapkan prinsip segala cara tersebut.

prinsip tersebut dalam era dewasa ini tidak hanya ada dalam perebutan kekuasaan di pemerintahan, namun sudah merambah hingga bidang kehidupan masyarakat paling sederhana. semisal moral mencontek yang dilakukan siswa dalam sebuah ujian sekolah. dalam lingkup psikologi, perilaku segala cara sama halnya dengan perilaku disfungsional (dysfunctional behavior).  

Bentuk dari perilaku tersebut pun ada beberapa bentuk :
  1. Melompati beberapa langkah yang seharusnya dilakukan. Dalam mencapai tujuan tentunya ada langkah-langkah yang harus dilakukan, yang mana langkah-langkah tersebut saling berkaitan dan harus dilakukan menurut tata cara yang ada. Namun para Machiavellian tidak melakukan langkah-langkah tersebut secara keseluruhan, ada beberapa yang dilewati agar segera mencapai tujuan. Misalnya, Untuk menjadi ketua dalam lembaga seharusnya lewat proses-proses seleksi, pemilihan, demokrasi, dsb. namun dia melewati langkah proses-proses tersebut dan berupaya bagaimana caranya untuk langsung menjadi ketua.

  2. Melakukan Manipulasi terhadap suatu kondisi. untuk mencapai tujuannya, tidak jarang para Machiavellian melakukan manipulasi dengan mengatakan yang benar menjadi salah dan salah menjadi benar, berusaha menjatuhkan orang lain dengan fitnah-fitnah, dan mencitrakan dirinya sendiri sebagai pribadi yang unggul.

Munculnya moral segala cara ini bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut :
  1. Kesalahan memahami tujuan yang hakiki
Yang dipandang tujuan seringkali bukanlah tujuan namun sarana mencapai tujuan itu. seperti halnya dalam perebutan kekuasaan itu sendiri, maka apapun yang dilakukan untuk mencapai kekuasaan itu. kekuasaan dijadikan tujuan dan esensial kekuasaan untuk membangun masyarakat menjadi dalih pembenaran perilaku.
  2. Menuruti hawa nafsu
Ini yang sering kali menjadi sebab utama munculnya perilaku segala cara. Hawa nafsu untuk memiliki harta yang berlimpah, kekuasaan setinggi-tingginya, dsb. seperti halnya di masa lalu yang dilakukan oleh petinggi kaum Quraisy yang berusaha untuk membujuk Rasulullah SAW dengan berbagai tawaran, mulai kekuasaan, harta, hingga wanita hanya untuk membuat Islam mati.

  3. Kurangnya kesabaran dalam mencapai tujuan
Membangun masyarakat madani sebagai tugas hidup seorang muslim sebagai khalifah fil ardy bukan tujuan sederhana yang bisa dicapai hanya beberapa tahun, namun pembangunan masyarakat akan terus dilakukan hingga Allah SWT mengembalikan dunia ini seperti sedia kala. tentu bagi orang yang tidak sabar akan "terpaksa" melakukan apapun agar tujuan itu bisa segera tercapai.

  4. Ketakutan yang tidak objektif akan kegagalan
Banyaknya hambatan dan tantangan tentu membuat seseorang merasa putus asa untuk bisa mencapai tujuan. dan oleh karena itu berusaha melakukan apapun agar kegagalan tidak dia dapatkan. ketakutan-ketakutan yang berlebihan dan emosional bisa mengantar seseorang untuk melakukan apapun.

DAMPAK MORAL SEGALA CARA
Moral segala cara jika terus terjadi secara kontinyu dan masif akan bisa menimbulkan beberapa dampak yang tidak bisa dianggap sepele. Beberapa dampak tersebut adalah :

Komitmen Ideologis menjadi rendah. orang yang melakukan segala cara untuk mencapai tujuan tentu akan sulit untuk memegang idealismenya. memegang nilai-nilai keseimbangan dan ketahuidan yang seharusnya menjadi dasarnya dalam berperilaku. Segala batasan nilai tidak dihiraukannya, ini seperti firman Allah SWT dalam QS. Muhammad ayat 23-24 yang artinya, "Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah, lalu dibuat tuli (pendengarannya), dan dibutakan penglihatannya. Maka tidakkah mereka menghayati Al-Quran, ataukah hati mereka sudah terkunci?"

Meletakkan kepentingan pribadi di atas kepentingan umat. Orang semacam ini adalah orang yang mengutamakan hawa nafsunya untuk kepentingan sendiri, tanpa peduli kepentingan orang lain bahkan Islam. orang yang melakukan segala cara tentu akan mudah menabrak kepentingan umat Islam umumnya. hanya demi memenuhi hasrat ambisi pribadinya. hal ini tampak dalam pemerintahan Dinasti Bani Ummayah yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan kroni-kroninya. cara mereka mendapatkan kekuatan sebelumnya pun dilakukan dengan segala cara bahkan membunuh penguasa sebelumnya.

Melakukan rekayasa kondisi apapun. proses manipulatif dengan menambahkan, menyembunyikan, menghilangkan, atau mengkaburan terhadap suatu bagian atau keseluruhan sebuah realitas. ini sudah menjadi konsekuensi logis orang yang melakukan segala cara untuk mencapai tujuan, tidak jarang ada oknum dalam Islam yang berusaha menjatuhkan nilai-nilai Islam dengan melakukan serangkaian proses manipulatif untuk menyampaikan sisi buruk dengan fitnah, dsb.

Bersifat Agresif terhadap orang lain. Karena tujuannya harus tercapai, maka dia akan berusaha memaksakan kehendaknya pada orang lain agar keinginannya dapat berjalan mulus. entah mempengaruhi atau dengan paksaan, berusaha untuk mengajak orang lain sepakat dengan pemikirannya, kemudian mengajaknya bekerjasama dengannya lalu menjatuhkan orang lain yang dianggapnya menghalangi jalannya mencapai tujuan.

Dampak-dampak diatas tentu bisa terjadi baik kita sadari maupun tidak kita sadari, karena memang itu akan menjadi semacam konsekuensi logis dari perilaku segala cara. Bahkan dampak-dampak tersebut sudah terjadi dimasa-masa sebelum era ini, yang bisa menjadi pelajaran untuk kita saat ini.


LARANGAN ALLAH SWT TERHADAP PERILAKU MACHIAVELLIAN
Perilaku Machiavellian atau Perilaku para penganut paham segala cara yang menjadi moral kehidupan kita tentu bukanlah suatu yang dibenarkan bahkan dalam kondisi bagaimanapun. 

Dalam Al-Quran Allah juga telah banyak memperingatkan manusia untuk tidak melakukan hal-hal yang melanggar batas nilai-nilai yang diatur Allah. ada beberapa Firman Allah yang melarang untuk melakukan segala cara dalam mencapai tujuan, salah satunya dalam surah At-Taubah ayat 37, yang artinya.

"Sesungguhnya pengunduran (bulan haram) itu hanya menambah kekafiran. orang-orang kafir disesatkan dengan (pengunduran) itu, mereka menghalalkannya suatu tahun dan mengharamkannya pada suatu tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang diharamkan Allah. (oleh setan) dijadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan buruk mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir."

Perilaku segala cara digambarkan sebagai perilaku yang menghalalkan suatu yang haram dan mengharamkan sesuatu yang halal. hal ini semestinya tidak dilakukan, namun dilakukan dengan dalih pembenaran terhadap perilakunya. sungguh perilaku yang benar-benar tidak patut untuk dilakukan.


PEMECAHAN
Berbagai dampak yang ditimbulkan dari perilaku segala cara tentu tidak bisa dianggap sepele. dampak-dampak tersebut tentu akan merugikan banyak orang dan sangat menghambat umat Islam jika kita sebagai muslim melakukan hal tersebut. 

jika kita sampai melakukan hal tersebut sangat jelas azab Allah yang pedih menunggunya dan segala amalan yang sudah kita dapatkan akan menjadi sia-sia, seperti firman Allah dalam QS. Muhammad ayat 37 yang artinya. "Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu." 

Berikut beberapa saran upaya kontrol diri agar terhindar dari perilaku segala cara :

Mengahayati kembali tujuan yang harus kita capai. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 sudah jelas apa yang menjadi tujuan kita hidup di dunia ini, yaitu untuk menjadi Khalifah Fil Ardh sebagai sarana untuk mencapai surgaNya. sebagai Khalifah Fil Ardh tentu kita ditugaskan untuk mengelola bumi menjadi lebih baik, bukan malah merusaknya. Jika kita melakukan perbuatan yang merusak tatanan keseimbangan, maka sebenarnya kita sudah tidak menjalankan tugas Sang Pencipta, walaupun kita berdalih bahwa itu untuk kebaikan.

Bersabar dalam usaha mencapai tujuan. Butuh kesabaran yang tinggi untuk menjalankan misi membangun masyarakat madani, membuat dunia lebih baik. Jika ada jalan buntu, maka kita cari jalan lain sesuai hukum-hukum yang diperbolehkan Allah. Selalu akan ada jalan yang baik untuk orang-orang yang benar-benar mempuyai misi yang baik. Janganlah kita dengan mudah terhasut tipu daya setan untuk mengambil jalan-jalan yag tidak diperbolehkan Allah karena sungguh azab Allah sangat pedih.

Mengendalikan Hawa Nafsu, dalam QS. An Nazi'at ayat 40 dan 41, Allah SWT berfirman yang artinya. "Dan adapun orang-orang yang takut  kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggalnya." 

Bahkan Allah SWT telah menjanjikan surga bagi mereka yang mampu mengendalikan diri untuk tidak melakukan tindakan segala cara agar yang kita inginkan tercapai.

Oleh: Prambudi Eka
Share on Google Plus

About Unknown

“Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain kepadamu. Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian jujurlah kepada iman-mu(istiqamah)." Hadist Riwayat Muslim