google-site-verification:google853a3110870e4513.html Mengenal Gangguan Setan - Hikmah

Translate

Mengenal Gangguan Setan

PERMASALAHAN
Manusia sering lupa bahwa ia memiliki musuh dalam perjalan hidupnya, khususnya umat islam yang telah memilih perjuangan di jalan Allah. Ganguan setan senantiasa hadir dalam kehidupan sehari-hari akan tetapi kita kurang peka dan waspada sehingga akhirnya setan berusaha mendominasi ruang kepribadian kita.

Beberapa kalangan memandang yang dimaksud dengan gangguan setan adalah ketika orang kesurupan, anak bayi sawan maupun ketika kena guna-guna. Padahal bukan semata-mata persoalan itu.

Tidak mengenal gangguan setan bisa menyebabkan seseorang tergelincir dalam kehidupannya, itulah mengapa Allah SWT senantiasa mengingatkan bahwa setan adalah musuh yang nyata. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 208, Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Ayat ini jelas mengingatkan bahwa prilaku permusuhan setan kepada manusia adalah benar-benar nyata adanya, dimana prilaku gangguannya adalah mengalihkan manusia dari beriman secara utuh. Setan sangat tidak suka kepada jenis manusia yang dalam kehidupannya  berusaha mengamalkan islam secara utuh, inilah tantangan yang nyata bagi kita.

Kita hidup di dunia ini, kita menentukan diri kita sendiri bagaimana menjalani hidup ini, namun ada  alam ghaib, yang berupa mahkluk jin, yakni setan yang senantiasa berusaha mengeser langkah-langkah kita supaya justru mengikuti langkah-langkah mereka. Akan tetapi Allah juga menjelaskan dalam wahyu-Nya bahwa setan itu tidak hanya berasal dari bangsa jin, tapijuga berasal dari bangsa manusia.

Dalam QS. Al-An’am ayat 112, Allah berfirman: “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagaimana mereka membisikan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” Allah juga mengajari kita agar berlindung kepada-Nya dari gangguan setan dari bangsa jin dan manusia dalam QS. An-Naas ayat 1-6.


EFEK DARI GANGGUAN JIN
Gangguan setan membawa dampak, yang diharapkannya sesuai yang terangkum dalam Al-A’raaf ayat 16-17 dimana iblis (nenek moyang setan dari bangsa jin) telah bersumpah, “Iblis menjawab: “karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Tepat, sasarannya adalah supaya kita ingkar kepada Allah, tidak mau taat, tidak mengakui dan bersyukur atas nikmat Allah, lebih-lebih ajaran-Nya. Jika manusia kemudian justru beralih mensyukuri ajakan-ajakan setan dengan terus mensyukurinya, maka ia telah menjadi pengikut setan. Bahkan menjadikan sebagai pemimpin dalam mengarungi kehidupannya, sungguh ironi.

“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunanya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Kahfi ayat 50)

KARAKTERISTIK GANGGUAN SETAN

1. Menyerang manusia dari berbagai sisi.

Dalam QS. Al A’raaf ayat 17. “kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka lalu dari kanan dan dari kiri mereka.” Dalam tafsir Jalalain maksudnya mendatangi manusia dari segala penjuru, sementara menurut Quraish Shihab maksudnya dari segala arah dan mencari kesempatan lengah dan titik lemah manusia untuk tujuan menyesatkan.

Setiap manusia memiliki ruang hidup dan lingkungannya sendiri-sendiri, dan mereka juga memiliki titik lemahnya sendiri-sendiri. Masing-masing dari kita berinteraksi dengan keluarga, anak, istri, pekerjaan, pergaulan, media informasi, tempat-tempat hiburan, harta yang kita miliki dan semua yang berinteraksi dengan kita. Setan menghampirinya untuk menemukan hal-hal yang bisa dieksploitasi supaya manusia mengikuti bisikan-bisikannya.

Tiap manusia juga memiliki pengalaman hidup suka dan duka, kemampuan berfikir, cita-cita serta harapan di dalam hidupnya. Setan menggali, apakah ada pengalaman rasa yang bisa dimanfaatkan, obsesi, kemarahan, cara berfikir tertentu yang bisa diarahkan untuk bisa mereka sesatkan. Gangguan penyesatan yang diakukan olehnya tentu mengikuti karakteristik manusia yang menjadi sasarannya, dari segi kualitas cara dan bentuknya akan disesuaikan.

Gangguan yang diberikan kepada seorang tukang becak dengan seorang dokter bisa jadi berbeda, gangguan orang awam dengan seorang pemuka agama juga berbeda, namun jika setan berhasil menyesatkan pemuka agama maka ini adalah prestasi dan karya besar bagi setan. Karena pemuka agama itu bisa saja juga menyesatkan umatnya. Mendatangi orang yang dibudayakan berfikir logis dengan menyesatkan orang yang tidak berfikir logis juga berbeda kulitas cara mengganggunya.

2. Membisikkan Pikiran Jahat.

Di QS. Al A’raaf ayat 20. “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya (Adam dan hawa) untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang kekal (dalam surga).” 

Pikiran jahat itu dibisikkan dalam hati kita, membuat seseorang befikir bahwa kejahatan itu bukanlah sebuah masalah yang besar. Bahkan muncul alasan-alasan atas pelanggaran, dosa dan prilaku zalim seseorang. Seseorang itu kemudian tidak bisa menempatkan diri sebagai seorang hamba Allah.

Tidak menghitung hak dan kewajiban yang semestinya dijalankan, menjadi orang yang tidak sabar, menyebabkan dalam menilai sesuatu menjadi tidak objektif lagi. Dengan demikian kelogisan seseorang menjadi tumpul, mengejar kenikmatan sesaat dengan berfikir pendek, Ujungnya adalah jika manusia tidak kritis, tidak cinta kebenaran dan kesabaran lalu manusia itu merendahkan dirinya sendiri dan menanggung dosa kepada Allah.

Serangan ini terjadi pada saat kita dihadapkan dengan pilihan dan dituntut untuk mengambil keputusan atas suatu masalah, dimana tentu didalamnya mengandung dampak maslahat ataukah mudharat bagi perkembangan diri ataupun sosial dan lingkungannya.

Ambillah contoh apakah seseorang memilih berbohong ataukah jujur kepada atasannya. Disini ketika seseorang mengalami dilema, setan berusaha memainkan perannya, jika menghadapinya maka dengan menjernihkan pikiran, kita tanyakan kepada hati kita terdalam. Apakah tindakan yang hendak kita pilih itu suatu kebenaran? Apakah itu sesuai dengan ajaran moral yang luhur? Apakah kita telah menunaikan hak dan kewajiban yang benar ataukah justru melanggar etika universal? Dan Apakah Allah yang senantiasa melihat kita merestui tindakan tersebut?

Insha Allah ada kebenaran, ada jalan dan ada kebaikan yang akan kita tuai, kalau kita mau mendengar suara-suara kebenaran dan menaatinya.

3. Menjadikan Manusia sebagai teman dan sekutu.

QS. Az-Zukhruf ayat 36-37. Allah SWT berfirman yang artinya. “Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.”

Manusia dikarenakan hanya mementingkan ego, hawa nafsu, kenikmatan duniawi tertentu bisa saja sejak awal telah memilih untuk berpaling atau bahkan menentang pengajaran Allah tentang nilai-nilai kebenaran dan keseimbangan hidup. Bagi setan, manusia-manusia jenis ini adalah sasaran prospek untuk dijadikan teman dan sekutu untuk menyesatkan manusia-manusia yang lainnya.

Hal ini wajar mengingat para setan harus berjuang untuk mewujudkan visi-misinya untuk sebesar-besarnya menjerumuskan manusia kedalam neraka. Ketika keduannya bersatu untuk menghalangi jalan dan ibadah kepadah Allah, maka mereka semua adalah sama-sama setan. Mereka bahkan merasa dirinyalah yang paling benar dan mulia, padahal yang paling mulia di sisi Allah adalah siapa yang paling bertaqwa kepada Allah SWT.

Itulah sebabnya orang-orang yang baik-baik, orang yang beriman harus bersatu, merapatkan barisan, saling tolong-menolong dalam kebaikan dan kesabaran. Hal ini untuk memperkuat keutuhan umat Islam sendiri. Dengan berorganisasi dan profesional maka kita Insha Allah bisa membendung kekuatan setan yang terkutuk. Inilah kewajiban kita bersama, sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS. Al Anfaal ayat 73, yang berbunyi.

“ Adapun orang-orang yang kafir (ingkar), sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintah Allah itu (memperkuat persaudaraan), niscaya akan menjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.”

4. Menimbulkan Perselisihan.

QS. Al-Israa ayat 53, Allah SWT berfirman yang artinya. “Dan katakanlah kepada hamba-hambaKu: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.”

Konsekuensi logis dari persatuan kaum muslimin adalah kekuatan Islam dan nilai-nilai kebenaran dan ketaatan kepada Allah berjalan dengan baik dan rapi. Ini tentu amat merugikan bagi golongan setan, sehingga setan akan bergerak bagaimana caranya persatuan, keutuhan dan kesolidan kaum muslimin bisa rusak, pecah dan bercerai berai.

Disinilah setan akan memberikan bisikan-bisikan supaya diantara kaum muslimin muncul saling perselisihan, saling memusuhi, dan menghancurkan diantara mereka sendiri, jika itu terjadi, maka bagi setan ini adalah pemandangan yang menarik untuk mereka nikmati. Itulah kenikmatan perjuangan setan, walaupun sebenarnya mereka sadar atau tidak azab Allah menunggunya kelak.

Perselisihan yang muncul bisa jadi sangat halus dan bertahap, yang bisa jadi kaum muslimin sendiri kurang bisa menyadarinya, itulah mengapa Allah SWT mengingatkan lagi bahwa setan sesungguhnya musuh yang nyata.

5. Memalingkan pikiran / perhatian / jalan manusia.

QS. Az Zukhruf ayat 62 terdapat orientasi, targetan dan upaya kita beribadah kepada Allah, setan berusaha memalingkan pikiran kita pada hal-hal lain yang kurang berguna, bahkan berpaling dari seruan Allah SWT.

6. Memberikan janji palsu.

QS. Al Anfaal ayat 48 pernah dalam sebuah berita di televisi terdapat suatu lembaga investasi yang menjanjikan bunga yang tinggi, sehingga banyak orang yang kemudian berinvestasi dan menabug dengan harta yang banyak sekali. Namun oleh pengelolahnya, uang itu di bawa kabur lalu tergambar dalam tanyangan televisi tersebut para korban yang marah, frustasi, menangis bahkan melakukan pengrusakan-pengrusakan tapi apa daya itu sia-sia hartanya sudah lenyap.

Seperti itulah ketika kita sering mendengarkan janji-janji setan, entah di dunia atau di akhirat, ketika kita mendapatkan bencana keburukan akibat perbuatan zalim kita, setan justru pergi dan tidak menepati janji-janjinya.

7. Memandang baik perbuatan buruk (Penghias perbuatan buruk).
Tergambar dalam QS. Ar Ra’d ayat 33 dan QS. Al An’am ayat 43. setan membuat ilusi-ilusi dan berusaha menampakkan kebaikan-kebaikan dan keindahan-keindahan dari perbuatan buruk dan sesat manusia. Sehingga ketika manusia tidak mempotensikan berfikir yang baik, maka akan mudah tejebak dalam ilusi, angan-angan yang tidak sesuai dengan objektifitas kenyataanya.

Itulah mengapa Allah selalu mengajak manusia untuk terus menggunakan akalnya dalam menghadapi permasalahan-permasalahan hidupnya.

Demikian gangguan setan kepada manusia, juga kepada manusia yang membinasakan dirinya dengan mengikuti hawa nafsunya, maka setan akan sangat akrab dengannya dan akan menjadi konsultan yang cukup dihandalkan.

Allah SWT berfirman dalam surat Muhammad ayat 14 yang artinya. “Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang (setan) yang menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?”

Setan adalah musuh yang nyata dalam hidup kita, lawanlah dengan akal yang baik, keimanan, kesungguhan dan selalu meminta perlindungan Allah dari godaan setan yang terkutuk. Jangan biarkan ia memimpin hidup kita. Tetaplah Allah SWT, Rasul dan ajaran-Nya menuntun kita. Amien…

Oleh : Patih Senjaka
Share on Google Plus

About Unknown

“Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain kepadamu. Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian jujurlah kepada iman-mu(istiqamah)." Hadist Riwayat Muslim