google-site-verification:google853a3110870e4513.html Menjadikan Kematian Sebagai Motivasi Berkarya - Hikmah

Translate

Menjadikan Kematian Sebagai Motivasi Berkarya

Maha Suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati atau hidup supaya Dia menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Mulk: 1-2)

Di dunia ini segala yang berlebih, kelebihannya (pasti) akan direnggut oleh kematian. Semantara yang (serba) kekurangan, kekurangannya pun akan diakhiri oleh kematian. Yang berkecukupan tatkala ia menjalani kehidupannya akan (pasti) dirampas oleh kematian. Disuatu sisi yang tidak populer pun akan berujung pada kematian.

Jika KEMATIAN adalah kemestian, lalu kenapa (banyak) manusia yang gentar menghadapinya? bahkan ada yang sekuat tenaga berusaha menghindarinya, padahal sudah menjadi Takdir / KetetapanNya bahwa kematian tidaklah mungkin dihindari.

Disisi lain 'keengganan' pada kematian nampak begitu jelas terutama ditunjukkan oleh manusia, kita begitu takut terhadap yang namanya kematian. ada kesan yang tersirat, setiap yang bernyawa enggan berjumpa dengan kematian, atau bahkan 'resah' dan bisa jadi lebih tepatnya 'takut'.

Bila kita membaca AlQuran yang mengisahkan soal Nabi Adam as, juga berharap agar dirinya tidak mengalami 'Kematian'. kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak binasa?" (QS.Thaha: 120). adalah cara iblis dalam mengoda Adam yang mendambakan hidup selama mungkin atau mungkin kekal. sehingga dalam hal ini rupanya memang maut merupakan hal yang merisaukan bagi manusia.

Hal yang paling mudah yang bisa kita amati sehari-hari adalah setiap orang akan berusaha berobat apabila tertimpa sakit. berapapun biayanya akan selalu diusahakan demi mengusir sakit tersebut. karena sakit adalah salah satu pintu terdekat dengan kematian.

barangkali rasa takut itu berasal dari keinginan laten pada diri kita untuk selalu dapat terus hidup. yang kemudian menjalar pada berbagai aktifitas manusia. dengan demikian senantiasa muncul sikap penolakan manusia terhadap kematian, karena kematian selalu diidentikkan dengan tragedi, ketidakberdayaan, kehilangan dan kebangkrutan hidup.


Intinya kematian dianggap sebagai peristiwa yang tidak ada kenikmatan atasnya. sakit dan celaka adalah jembatan menuju kematian, sehingga manusia khawatir ketika bertemu dengan jembatan tersebut. ujung-ujungnya yang dirisaukan tidaklah lain bahwa jembatan itu (pasti) mengantarkan kematian.

tetapi yang menarik, bila kita mau melakukan sedikit pengamatan yang berbeda atas 'kematian' itu sendiri, justru karena kesadaran kematian tersebut, manusia mampu menciptakan karya dan bermacam-macam peradaban besar, bahkan orang yang berbuat baik dalam sisa hidupnya, melakukan inovasi keilmuan dan semacamnya.

itu semua barangkali di dorong oleh keinginan agar (paling tidak) ada bagian dari dirinya yang abadi, untuk bisa dikenang oleh manusia yang lainnya. barangkali hal yang tak mungkin dijangkau oleh kematian itu sendiri adalah peninggalan karya yang luar biasa bagi kehidupan manusia selainnya.

dengan demikian walau secara eksistensi dirinya dikalahkan dengan kematian, tetap karya dari dirinya itulah yang mampu mengalahkan kematian. karena hanya di sisi inilah bahkan kematian sekalipun akan terlihat ketidakberdayaannya dalam menjangkau karya besar manusia.


Makna Kematian
Kematian atau ajal di dalam wikipedia diartikan sebagai akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen. setelah kematian tubuh makhluk hidup akan mengalami kebusukan dan kematian adalah keniscayaan di alam semesta ini selama ia merupakan ciptaan yang bernyawa pasti memiliki tenggang waktu, dan bila waktunya tiba maka disitulah kematian menemuinya.

sementara itu baik kalangan agamawan berbeda pendapat dalam mengartikan kematian. Al-Ghazali sendiri menyatakan bila ingin memaknai kematian maka maknailah kelahiran dan kehidupan. Kalangan agamawan lainnya beranggapan bahwa mati itu adalah terputusnya hubungan ruh dan jasad seta terjadinya pemisahan antara keduannya, lalu perpindahan dari satu tempat ketempat yang lainnya. dengan kata lain maut adalah ketiadaan hidup.

sekelompok ilmuwan kontemporer berkolaborasi dengan sekelompok ulama untuk menafsirkan QS. Ali Imran: 27-28 dalam tafsir al-Muntakhab mengomentari ayat dalam surah tersebut sebagai "Siklus kehidupan dan kematian merupakan keajaiban alam dan rahasia kehidupan. ciri utama siklus tersebut ialah zat-zat hidrogen, karbondioksida, nitrogen, dan garam yang non-organik di bumi berubah menjadi zat-zat organik yang merupakan bahan kehidupan bagi hewan dan tumbuhan berkat bantuan sinar matahari. selanjutnya zat-zat itu kembali mati dengan bentuk kotoran makhluk hidup dan dalam bentuk yang aus karena faktor disolusi bakteri dan kimia, yang mengubahnya menjadi zat non organik untuk memasuki siklus kehidupan yang baru."

begitulah Allah SWT Sang Pencipta mengeluarkan kehidupan dari kematian, dan mengeluarkan kematian dari kehidupan disetiap saat. siklus ini berputar dan hanya terjadi pada makhluk yang diberi kehidupan.

kematian hingga saat ini belum mampu direkam secara prosesnya, salah satu tulisan M.Quraish Shihab yang berjudul 'Kematian adalah Nikmat' menceritakan seorang warga Italia yang melakukan bunuh diri lalu menulis hingga ia tidak bisa lagi menulis hanya kejadian-kejadian yang umum saja yang mampu ia catat. itu karena ia mati setelah 20 menit meminum narkoba yang dicampur dengan bahan kimia lainnya. hanya sedikit saja yang ia laporkan, bahkan kematian itu berproses dan bagaimana perasaan menjelang kematian tersebut. barangkali yang bisa dipantau adalah berhentinya detak jantung dengan alat medis dari naik turunnya gelombang hingga hilang berubah menjadi datar.

sementara kebanyakan ulama menjelaskan bila kita ingin mengenal sesuatu adalah dengan mengenal lawannya, yaitu proses kehidupan. bilamana maut itu adalah 'ketiadaan atau lawan dari kehidupan' maka untuk bisa mengenalinya kenalilah proses kelahiran makhluk yang bernyawa. 

menurut AlQuran manusia tercipta dari tanah, lalu dijadikan tanah yang bercampur dengan air (thin), kemudian thin mengalami proses dan itulah yang dinamakan min Hama'in Masnun yaitu tanah yang bercampur dengan air lagi berbau, yang dituangkan sehingga siap dengan mudah dibentuk dengan berbagai bentuk yang dikehendaki, lalu ditiupkanNya ruh.

begitulah AlQuran mengilustrasikan proses kelahiran manusia, maka bila itu kita pakai sebagai cara untuk mengetahui proses kematian, dengan cara menjadikan proses akhir kehidupan sebagai proses awal dari suatu kematian, kira-kira seperti ini ilustrasinya:

pertama adalah ditariknya ruh dari jasad, mengenai ini AlQuran sendiri menberikan informasi bahwa ruh keluar dari jasad melalui kerongkongan, hal ini bisa kita lihat dalam QS. Al-Qiyamah: 26 yang artinya. "Sekali-kali jangan. apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan." dan itulah saat perpisahan terakhir dengan jasad. mengenai ini Nabi pernah menamainya dengan "Gargarah" karena keluarnya ruh biasanya sepintas disertai dengan suara "gherr."

saat itu Nabi menggambarkan bahwa itu merupakan saat bahwa taubat tidak akan diterima lagi. karena setelah itu jasad mengeras bagaikan shalshal, lalu membusuk menjadi hama'in masnun, lalu menjadi thin, dan akhirnya air yang dikandung thin akan habis serta menjadi turab yakni tanah setelah sekian laa dikubur. kira-kira seperti itulah proses kematian yang lebih tepat disebut dengan perjalanan kembali.

Menjadikan Kematian sebagai Motivasi dalam Berkarya
Kata motivasi memiliki definisi berbeda dari banyak ahli dan bermacam literatur. namun di dalam kamus induk istilah, menulis motivasi diartikan sebagai pemberian intensif atau tujuan untuk menimbulkan tindakan, dorongan. Robert Kreitner menyatakan bahwa motivasi adalah proses-proses psikologis yang menyebabkan stimulasi, arahan, dan kegigihan terhadap suatu kegiatan yang dilakukan secara sukarela yang diarahkan pada suatu tujuan.

Kreitner, N.Fred dan Elazar J. Pedhazur menyatakan bahwa variable motivasi terdiri dari:
- Motif atas kebutuhan sesuatu (Motive).
- Penghargaan atas lingkungan kerja (Expectation).
- Kebutuhan atas imbalan (Insentive).
maka bisa diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah merupakan hasil penjumlahan dari fungsi-fungsi motive, harapan dan insentif [ = f (motive + expectancy + incentive) ].

Sehingga dalam keseharian kita bisa menata diri dengan seperti ini:

1. Dengan menyadari bahwa setiap saat kematian akan menjemput, kita akan berpacu dengan waktu untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam rangka mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. berarti disini menjadikan 'kematian' sebagai motif (daya dorong) dalam berkarya. 

Ini berarti kita tidak lagi ada semacam ketakutan atas kematian, dikarenakan secara psikologis kita telah menempatkan kematian adalah sebagai sesuatu yang tak terduga datangnya. oleh karena itu dalam berbagai penelitian di psikologi, semakin nyata dan semakin kuat dorongan motivasi itu akan semakin besar pula pengaruhnya terhadap ketahanan atas aktivitas itu. 

maka bila kita mengubah bahwa berkarya apapun itu akan memberikan daya tahan yang besar dalam diri kita, hal ini karena "Motivasi juga dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (Drive Arousal). Motivasi merupakan kodisi yang menggerakkan seseorang agar mampu mencapai tujaun dari motifnya (Sri Budi Cantika Yuli, 2005).

2. Expectasi, artinya kematian dijadikan sebuah harapan akan kedatangannya, Juga akan terus mampu mengingatkan manusia untuk senantiasa berkarya dalam masyarakat. ini akan mengubah mindset mengenai kematian itu sendiri. sebab dalam zaman yang semakin berkembang, bentuk ujian atau godaan terhadap manusia semakin beragam dan tentu saja akan semakin masif.
secara psikologi bagi manusia yang mengharapkan kematian, dia berharap mati dengan keadaan khusnul khotimah, bukan sebaliknya. maka dalam fase ini mausia mampu mengubah mindsetnya mengenai kematian.

3. Imbalan, tentu saja kebahagiaan di akhirat adalah hal yang (harus) kita jadikan sebagai kebutuhan, sebab bila kita menjadikan Surga menjadi imbalan, maka syarat dan ketentuan itu pastila akan selalu dilakukan. kematian, lagi-lagi dalam hal ini berperan dikarenakan datangnya yang tidak dapat diprediksi secara akurat, akan mendorong diri kita untuk selalu ber-fastabikhul Khairat.

Dengan demikian, kematian akan bisa memunculkan sikap benar bagi individunya, bukan lagi mengangga kematian adalah "Tragedi Kehilangan" yang selalu disayangkan terjadinya. tetapi justru menjadi kematian sebagai motivasi di dalam berkarya demi tercapainya masyarakat yang thoyibah.
Oleh Agus Susanto

Share on Google Plus

About Unknown

“Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain kepadamu. Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian jujurlah kepada iman-mu(istiqamah)." Hadist Riwayat Muslim