google-site-verification:google853a3110870e4513.html HOAX Untuk Berdakwah di Media Sosial, Boleh kah? - Hikmah

Translate

HOAX Untuk Berdakwah di Media Sosial, Boleh kah?

Pengantar.
Pernahkah anda mendapatkan informasi di media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram yang mengabarkan bahwa UNESCO (Lembaga Pendidikan, Sosial, dan Budaya PBB) mendeklarasikan dan memberikan penghargaan kepada agama Islam sebagai agama paling damai di dunia? atau berita seorang astronout Amerika yang menemukan bukti bahwa buan pernah terbelah seperti dalam QS Al-Qamar:1? kemudian dia masuk islam? ataukah informasi dari media sosial berupa video yang menggambarkan adanya keramaian pesta orang-orang eropa, berdansa, mabuk, lalu tiba-tiba terjadi guncangan, lantai runtuh, dan banyak korban berjatuhan dan dikatakan dalam video itu adalah bukti azab orang-orang yang berbuat maksiat (Disco Club) yang di telan bumi!
Informasi-informasi tersebut mungkin dapat menyejukkan bagi umat Islam bahkan bisa menggugah kesadaran iman, tetapi apakah fakta dalam informasi tersebut dapat dapat dipertanggungjawabkan? setelah kami melakukan penelusuran ternyata informasi-informasi diatas tergolong informasi HOAX (berita bohong), artinya fakta-fakta yang disajikan tidak benar atau faktanya benar namun pemaknaannya keliru dan penyimpulannya tidak berhubungan. HOAX di media sosial saat ini telah marak dan menjadi sorotan berbagai pihak, ternyata tidak hanya memuat konten masalah politik, sosial dan ekonomi saja tetapi juga sudah dalam lingkup agama.

Sebagian umat islam dengan tujuan berdakwah, menyebarkan informasi-informasi bernada islami melalui kanal media sosial yang dimilikinya tanpa menanyakan atau mengkritisinya terlebih dahulu. padahal sebagaian dari informasi di dalam media sosial sarat bermuatan dengan hoax dan bisa jadi berita yang kita sebarkan adalah berita hoax. kemudahan fasilitas berbagi (Shareability) di media sosial membuat informasi dengan cepat menyebar, terlebih lagi apabila berita itu di iringi dengan kutipan ayat Al-Quran, Hadist atau ucapan Takbir, Tasbih, Tahmid dan lain sebagainya. perilaku itu bukannya tidak beresiko ketika informasi itu disebarkan ternyata adalah hoax, maka nilainya sama saja dengan menggunakan kebohongan untuk berdakwah.

Namun ada yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak masalah, selama memang menguntungkan dakwah islam, kan juga ada ayatnya dan mengandung pelajaran yang sesuai nilai-nilai islam maka menyebarluaskan (Share) akan mendapat pahala, Toh niat dan tujuannya baik. sehingga kalaupun akhirnya diketahui bahwa itu adalah hoax maka diambil hikmahnya / ibrah saja dari pesan tersebut. pemikiran tersebut sepintas benar/tidak masalah, tetapi apakah memang demikian? apakah memang boleh membelokkan informasi fakta (menggunakan hoax) dalam rangka menggugah keimanan seseorang (dakwah)?

Bila diperbolehkan sejauh mana batasannya? bila tidak boleh bagaimana menyikapinya?  pembahasan ini menjadi penting sebagai salah satu pijakan umat islam modern hari ini dalam menggunakan media sosial sebagai sarana untuk berdakwah. tulisan ini akan mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mengambil hikmah dari fenomena hoax terkait pesan dakwah, baik isi maupun penyampaiannya.

Etika Penyampaian Pesan.


Etika penyampaian pesan dakwah terkait apa yang baik dan buruk dalam menyampaikan pesan dakwah secara filosofis merupakan konsep pemecahan masalah sosial pada suatu masyarakat, sehingga disamping sifatnya harus benar dakwah berfungsi sebagai penyembuh, pembaik akan sesuatu yang rusak. Masyarakat tanpa konsep dakwah Illahiyah tidak akan menjadi kokoh. oleh karenanya dalam menyampaikan pesan dakwah tidak bisa dilakukan sembarangan, tetapi harus sesuai dengan kaidah/etis dakwah. penyampaian pesan dakwah yang sembarangan/tidak sesuai dapat berpotensi bertentangan dengan tujuan dakwah itu sendiri, artinya dakwah tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya bahkan justru dapat merusak dan memperparah penyakit masyarakat.

seperti halnya sebuah obat untuk penyembuhan, ketika tidak dilakukan dengan arahan dokter/ahli, maka obat tersebut justru akan menjadi racun yang dapat merusak tubuh sehingga isi pesan dan cara penyampaian pesan haruslah benar untuk mencapai tujuan dakwah.

Studi tentang jalan dakwah Illahiyah Rasul yang bersifat universal diantaranya mengungkap etis dalam penyampaian pesan dakwah Tauhid di masyarakat. Adapun enam konsep ini adalah pijakan untuk menilai boleh tidaknya menggunakan hoax dalam berdakwah, ialah :
1. Tidak dilakukan dengan segala macam cara yang berpotensi kearah negatif.
2. Melewati pendekatan rasional khususnya berkaitan dengan kebenaran Allah SWT sebagai satu-satunya Illah.
3. Menyampaikan dengan jelas dan terbuka.
4. Disampaikan dengan bahasa yang baik dan lemah lembut.
5. Sekedar menyampaikan tanpa proses pemaksaan.
6. Bersifat Pragmatis (sesuai dengan kebutuhan).
 
Pengertian dan Ragam Hoax untuk Dakwah.

Dalam kamus Oxford, hoax dapat diartikan sebagai kata benda (noun) yaitu lelucon atau tipuan berbahaya (a humorous or malicious deception) dan kata kerja (verb) yaitu menipu, memperdaya, membujuk seseorang (trick or deceive [someone]). menurut Septiaji (Ketua Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah), hoax adalah informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya atau juga dapat diartikan sebagai upaya memutarbalikkan informasi fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.

hoax untuk dakwah berarti merekayasa, mengkaburkan atau memutarbalikkan informasi tertentu untuk kepentingan dakwah. bentuknya bisa berupa narasi, foto/gambar, pendapat tokoh/ahli tertentu, atau video. sebagai sebuah informasi, hoax memiliki unsur fakta yang menjadi titik tolak pesan, pemahaman/pemaknaan terhadap fakta dan penyimpulan. kadar kebohongan dalam informasi hoax bervariasi, bisa keseluruhan unsurnya palsu/bohong tetapi bisa juga tidak semua unsur informasi tersebut palsu/bohong sehingga hanya bagian-bagian tertentu yang palsu.

Ada yang memang faktanya keliru/tidak ada tetapi dijadikan pijakan, ada yang faktanya real/benar tetapi pemaknaanya yang keliru sehingga penyimpulannya juga keliru. misalnya ada sebuah gambar/foto dari seorang artis hollywood berhijab seolah di informasikan dan diinterpretasikan seolah seorang mualaf. ada juga fakta informasi dan kesimpulannya benar/real namun keduanya tidak memiliki keterhubungan namun disampaikan seolah dikesankan seolah kedua hal tersebut berhubungan.

Isi hoax yang menjadi pesan dakwah beragam, diantaranya bertemakan seperti :
1. Kecocokan antara apa yang dianggap sebagai sains/fakta ilmiah (pseudo-sains[sains palsu/tidak ilmiah]) dengan ayat-ayat Al-Quran atau Hadist, padahal tidak ada bukti ilmiah/ hasil penelitian yang mendukung terhadap apa yang disebut fakta ilmiah.
2. Tokoh atau figur publik tertentu yang diberitakan masuk islam (Mualaf) padahal bisa jadi atau yang sebenarnya hanya mengenakan pakaian seperti orang muslim sekedar untuk mengunjungi negara muslim/mengunjungi masjid yang bersejarah/dekat dengan orang islam namun sudah disimpulkan masuk islam tanpa adanya pernyataan resmi dari yang bersangkutan.
3. Fenomena alam tertentu yang dianggap sebagai peristiwa supranatural, padahal bisa jadi atau yang sebenarnya fenomena itu adalah ilmiah/biasa terjadi.
4. Informasi tentang pembantaian umat islam di wilayah tertentu yang kemudian diiringi hasutan/ajakan untuk bersatu dan menyerang kelompok tertentu yang non-muslim dan sebagainya, masih banyak ragam isi pesan dakwah yang bisa jadi tergolong berita hoax.

Dampak positif dan negatif menggunakan hoax dalam berdakwah.

Berdasarkan landasan filosofis dakwah dan etis penyampaian pesan dakwah, maka penggunaan hoax untuk kepentingan dakwah di media sosial baik keseluruhan maunpun sebagian dari unsur informasi, dapat di evaluasi sejauh mana dampak positif dan negatifnya. dampak positif yang didapat diantaranya:
1. Kegiatan dakwah sebagai kewajiban muslim dapat terlaksana, artinya setiap individu muslim (yang memiliki kewajiban dakwah dapat dengan mudah melaksanakan/menyemarakkan kegiatan dakwah di media sosial.
2. Sesuai dengan etis dakwah yaitu sekedar menyampaikan informasi/pesan dakwah.
3. Bagi umat islam yang tidak mengetahui informasi tersebut adalah hoax akan mudah mudah percaya dan meningkatkan rasa keimanan kepada Tauhid, sehingga dapat memberikan efek positif bagi umat.

Namun dampak negatif dalam menggunakan hoax dalam berdakwah diantaranya adalah:
1. Ketika infomasi diketahui tersebut adalah hoax, tujuan dakwah yang diharapkan tidak dapat tercapai. artinya bukan malah meningkatkan rasa keimanan tetapi justru dapat membuat umat mempertanyakan bahkan tidak percaya dengan informasi yang bernada islami.
2. Masyarakat modern justru akan melihat betapa mudahnya memperdaya/membodohi umat Islam karena mudah percaya (tanpa adanya sikap kritis) dengan diberikannya informasi-informasi hoax apalagi jika diiringi kutipan ayat Quran yang membuat orang langsung percaya, hal ini justru merugikan dakwah islam itu sendiri.
3. Menggunakan hoax dalam dakwah menunjukkan prilaku segala cara negatif dalam menyampaikan pesan dakwah sehingga seolah yang penting tujuan dakwah jangka pendek tercapai padahal dakwah adalah pemecahan masalah sosial yang tidak dapat dilakukan dengan segala cara.
4. Pesan dakwah yang seharusnya disampaikan secara rasional, jelas dan terbuka tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan hoax karena tidak ada pertanggungjawaban (keilmiahan), kejelasan, keterbukaan dalam inforamsi hoax pastilah sangat rendah bahkan tidak ada. akibatnya umat islam yang rasional tidak akan percaya terhadap pesan dakwah tersebut. Islam juga tidak akan dipandang sebagai agama yang ilmiah dan terbuka serta umatnya akan dipandang sebagai umat yang mudah dibodohi.

Dari perbandingan dampak positif dan negatif dapat disimpulkan bahwa dampak negatif penggunaan hoax untuk kepentingan dakwah jauh lebih besar. memang dengan hoax dakwah akan jadi lebih semarak tetapi apa yang menjadi tujuan dakwah sebagai pemecahan masalah sosial tidak akan bisa tercapai karena pijakan informasi pesan dakwah yang digunakan adalah palsu. tidak mungkin masalah sosial bisa selesai dengan pijakan informasi palsu, dakwah tidak cukup dilaksanakan dengan semarak namun harus menyajikan isi dan cara penyampaian pesan yang benar sehingga tidak mungkin dengan segala cara hoax karena pasti akan menuai kegagalan.

Sekalipun secara etis sekedar menyampaikan pesan dakwah tetapi bukan berarti sekedar menyampaikan sama dengan asal menyampaikan. terlebih lagi asal informasi islami dengan potongan ayat Quran kemudian seketika di sampaikan (share). hal seperti ini justru akan merugikan dakwah islam itu sendiri karena penyampaiannya dilakukan asal-asalan.

Sehingga tidak selalu menyebarkan sebuah pesan yang di dalamnya terkandung potongan ayat Al-Quran dan Hadis akan bisa memberikan dampak positif bagi dakwah Islam, perlu dilihat kerangka dan konteks penggunaan ayat dan hadist tersebut. Ketika itu digunakan untuk menyusun Hoax maka hal tersebut akan berdampak negatif dengan demikian menggunakan hoax untuk kepentingan dakwah adalah tidak etis atau bisa dikatakan menyalahi Etika Penyampaian Pesan Dakwah.

By Abu Zelda
Share on Google Plus

About zero

“Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun selain kepadamu. Nabi Shalallaahu Alaihi Wassalaam menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian jujurlah kepada iman-mu(istiqamah)." Hadist Riwayat Muslim